Langsung ke konten utama

Dari “Binatangnya mana?!?” hingga “hape manaaaaaa??????”

Rencana liburan sudah jadi tema diskusi kami bersama sahabat open little josh lainnya sejak akhir bulan lalu, namun hanya sekedar wacana, karena sampai menjelang hari H tak juga diperoleh keputusan final.
And finally, “hanya yang serius” yang berani mewujudkannya. :-P

Minggu, 17 november 2013, kami membuktikannya, tetap teguh menjalankan rencana walau jadinya hanya berdua, tanpa cowok2 open little josh. ^_^V
Pagi, skitar pukul 09:15 bersiap bertolak dari wtc serpong menuju stasiun serpong, mengantri membeli tiket, menumpang kereta api untuk sampai di kebayoran dan kemudian naik metromini ke arah blok M disambung busway menuju Ragunan.
Its so long long long journey, padahal tangerang-jakarta kan tetanggaan... L
Tiba di Ragunan saat adzan dzuhur menjelang, dan disambut dengan derasnya hujan yang tiba-tiba datang tanpa diminta.
Selepas shalat, hujanpun mereda, dan here we go!
Ragunan zoo park, we’re comiiiiiing........
Masuk pelataran dalam setelah terelebih dahulu membeli tiket, menyusuri jalanan yang panjang, dan penuh dengan manusia yang berlalu lalang, terus berjalan hingga akhirnya saya pun bertanya “binatangnya mana?!?”
Dan tak jauh terlihat spot yang dirubungi manusia, ternyata tempat gajah yang bisa kita naiki, tapi kayaknya sih bayar lagi deh.... urung melangkah menuju kerumunan, akhirnya kami beralih menuju spot di depannya, terlihat rusa tutul sedang *entah ngapain, dan kami pun menyusuri kandang demi ingin melihatnya lebih jelas dan mengabadikannya...
Eeh, gajahnya lagi dimandiin.... *melirik
Ditempat sebelah, terlihat si raksasa sedang dibasuh air keran dan diberi minum...
Aah....Pemandangan yang “biasa!” dengan aksi gajah yang sangaat “standar” *bergaya ala the comment, hihihi...
Namun cukup menyita perhatian kami, dan bergegas kami mendekat, mengabadikanya, dan menikmati semburan air dari moncong belalai gajah yang sempat memercik dan mengenai kami.
Eh, walau sempat ga tertarik katanya, tapi narsis, teteeeep... :-P
        

Perjalanan berlanjut, jalan, jalan dan terus berjalan, tapi pemandangan sekitar sekilas ga jauh beda ama kebun raya bogor, hanya pohon (bedanya disini plus kandang kosong tak terurus), kerumunan manusia, dan penjual yang menjajakan makanan.... “binatangnya mana?!?”
Tempat ini sangat luas, belum setengahnya kami susuri pun sudah cukup bikin kaki minta dipijit, namun sejauh mata memandang tak nampak juga binatangnya ... pfyuh
Namun ini belum berakhir, pencarian terus berlanjut, hingga tiba tiba hujan kembali merintik... kami keluarkan payung untuk melindungi kepala dari basahan, dan ternyata si hujan ini lagi labil kayak abege jaman sekarang, bentar ujan bentar engga, dan cukup membuat kami ikutan labil juga, “pake payung ga yah??? “ :-P
Perjalanan dilanjutkan, hingga kami melihat papan petunjuk jalan di beberapa titik, membaca petunjuk, tak ada yang menarik, terus berjalan, tiba di persimpangan, kembali membaca papan petunjuk, dan kami pun memutuskan untuk mengambil jalan ke arah kiri, tempat spesies burung, orang utan, onta dan harimau dikandangkan...

Tak jauh, tampak kandang burung yang besar dan bersekat sekat untuk memisahkan jenis burung satu dengan lainnya.... tak banyak koleksi burungnya, dari tiap jenis mungkin hanya ada satu dua ekor yang bertengger manis di kandangnya.
Cukup sulit untuk membidik mengambil gambar, dan saya harus cukup puas dengan berpoto dengan kandanganya, karena burungnya tak Nampak dengan jelas... L
Hujan semakin menderas, angin bertiup semakin kencang, cukup sulit berjalan jalan dalam kondisi seperti ini, ditambah lagi genangan air yang cukup dalam dan membuat pijakan menjadi licin, harus merasa puas hanya menyaksikan orang utan yang bergegas melindungi tubuhnya dari guyuran hujan, dan mereka pun berlindung, tersembunyi dan tak tampak lagi...
Kami pun bergegas menuju bagian selasar kandang burung, bergabung bersama pengunjung lainnya yang sudah terlebih dahulu berteduh di pelataran kandang yang atapnya cukup melindungi kami dari derasnya hujan...

Semakin lama, semakin penuh sesak dan kami pun memutuskan untuk segera mengakhiri perburuan kami, dan menerobos hujan.
Berjalan bergegas namun berhati hati karena jalanan cukup licin, melompati genangan, berjalan memutar menghindari genangan yang cukup lebar, yang pada akhirnya tetap membuat kaki kami basah dan kotor.
Hujan beranjak mereda, deras berganti rintik, dan akhirnya terhenti sama sekali. Langkah kaki kami sejenak terhenti, pandangan kami tertuju pada satu kolam yang dipenuhi flamingo.
Dan tak mau menyia nyiakan kesempatan, kamipun sejenak menikmati kelucuan polah flamingo ini, dan mengabadikannya... bernarsis ria u/ yang terakhir sebelum benar benar meninggalkan tempat ini.

Waktunya pulaaaang.... eh, melanjutkan petualangan menuju kota tua. Yuuk maree ... ^_^
Menuju shulter bus way, beli tiket, mengantri, menunggu. Jenuh berdiri menunggu, iseng ambil hape, cek pesan dan panggilan, intip pesbuk, tak lama busway tiba... bergegas masukin hape ke tempatnya, menyelipkan di kantong samping ransel, dan terburu buru karena antrian di bagian blakang sempat berdesakan ga sabaran dan mendorong dorong.
Tiba di dalam, ternyata busway sudah penuh sesak, harus rela berdiri walau kaki rasanya udah pengen dicopot. Busway melaju membawa kami menuju dukuh atas, tak banyak bicara, hanya sesekali menimpali, mencoba menikmati perjalanan dan merecovery tenaga.
Setiba di dukuh atas, segera berganti busway menuju kota.
Alhamdulillah, ada bangku kosong, dan saya bisa duduk maniis...smntara teman saya harus rela berdiri.
Tangan saya “iseng” merogoh kantong samping ransel, dan mulai panik.... mencari, mengubek ubek isi tas,  hape mana????? and then its gone. Hape saya entah kemana.....
Lemes, ga tau mau bereaksi gmana, yang jelas kecewa pasti ada, nyesek pasti ada, nyesel pasti ada, sedih sudah pasti, namun yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah pasrah dan menata hati untuk IKHLAS.

Menuju kota tua, menyebrang, menyusuri jalan hingga terlihat kerumunan dan tulisan bla bla bla KOTA TUA.
Ramai sekali, dan ternyata sedang ada festival apa gitu... termasuk festival kuliner. Berharap menemukan kuliner yang unik, namun yang didapat hanya deretan penjual, mulai dari aksesoris, hingga penjaja makanan dan jajanan yang tak asing, bahkan banyak sekali penjual jasa , mulai dari jasa lukis, ramalan, jasa objek foto, hingga penyewaan sepeda ontel.
Tapi makanan yang kami cari, tak ada disana.
Maka kami, hanya asiik menikmati keramaian, sambil sesekali ikut pula memakai jasa objek poto yang menarik dan unik...

Dan perjalanan di kota tua tak lengkap tanpa menjelajahi gedung gedung bersejarahnya, dengan alasan itulah, kami pun mendatangi spot sewa sepeda ontel untuk melakukan penawaran paket keliling kota tua. Setelah deal, petualangan menjelajahi gedung dan bangunan bersejarah pun dimulai.
Dengan dipandu seorang guide, yang berpakaian khas jawa lengkap dengan blankonnya, saya pun mulai menggowes mengikuti sang guide yang meluncur lebih dulu dengan membonceng teman saya yang mengaku ga sanggup menggowes sndiri karena kondisi lututnya yang cedera.
Lokasi pertama, pelabuhan sunda kelapa, menggowes, menerobos lautan manusia hingga tiba di jalanan yang cukup padat, kendaraan berlalu lalang, bukan hanya kndaraan roda dua maupun roda empat, namun sesekali dilalui kendaraan dengan roda yang banyak, mobil mobil gede..... wush.
Rasanya aneh dan cukup menegangkan, was was namun mengasikkan menggowes di jalanan utama yang padat kendaraan, well... so far, its amazing. ^_^
Tiba di pelabuhan sunda kelapa, ga sabaran udah pengen narsis aja, eh... sang guide asli semarang ini dengan penuh tanggung jawab menahan antusiasme kami sejenak dengan “wejangan” singkat tentang asal usul dan sejarah berdirnya tempat ini....
Lanjuut bernarsis ria, si bapak menawarkan diri menjadi kamerawan, maka dengan senang hati saya serahkan camdig ke tangannya. Yang bagus ya pak! Cheese... ^_^
Kembali menggowes menuju menara bahari,  awan terlihat semakin mengabut, menyambut senja yang mulai menampakkan wajahnya. Perjalanan berlanjut, dengan hati riang dan penuh antusias, walau sesekali saya sempat keteteran tiap kali sepeda harus dibelokan ke kanan untuk menyebrangi jalanan yang tak surut oleh kendaraan yang berlalu lalang. (Pa’e... saya takut nyebrang, L )
Setiba di menara bahari, seperti biasa mendapat wejangan singkat, dan berpoto.
Azan maghrib berkumandang, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju museum bahari, sekalian mau numpang shalat dsana. J
Selepas maghrib, sempat melihat lihat, dan di bagian lemari pajangan dekat pintu keluar berjejer miniature kapal, seperti pinisi dan entah apalagi.... dengan tulisan, for sale....
Ah, saya tak berani bertanya berapa harganya, pasti mahal, lagian g niat beli juga siih... hehe
Sayang, museum udh tutup, maka kami tak berkesempatan mengabadikannya, no picture here, hiks hiks...
Perjalanan dilanjutkan menuju jembatan merah (yang sedang direnovasi). Langit kian gelap, dan cahaya lampu remang membuat jembatan terkesan semakin klasik.
Sayang kondisi jembatan yang sedang direnovasi, mengurangi keindahannya dan mengurangi spot kami untuk bernarsis ria, hehe...
Namun dengan segala keterbatasannya, jembatan ini cukup mampu menarik hati kami untuk berpose di atasnya.
Narsis is never die... :-P
Kembali menggowes, menikmati perjalanan bersepeda di jalanan utama, kembali tersendat tiap ketemu belokan kanan dan mengharuskan saya menyebrangi jalanan yang dilalui kendaraan. Sempat terhenti lama nunggu kendaraan surut, tapi kok ya malah tmbah rame... akhirnya teman saya turun tangan membantu saya menyebrang dengan memberi tanda pada mobil yang melaju untuk memelankan jalanya dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menyebrang.
Dan, finally we’re coming at the last place : toko merah.
Si bapak yang satu ini ga lupa memberi wejangan singkatnya, dan kembali rela didaulat menjadi kamerawan. Dan kami.... ya teteeep lah bernarsis ria.

Petualangan harus berakhir sampai disini, kembali ke tempat semula, mengmbalikan sepeda ontel, and say gudbay... :-D
Sebelum beranjak pulang, menyempatkan diri mengisi perut yang berkeroncong ria, menikmati seporsi gado gado lontong dan nasi sop iga, ditemani es teh manis... tidak cukup menendang, tapi cukup membuat kenyang.
Daan.... waktunya pulaaang.
Sayonara kota tua, next time, we hope will be here again. ^_^
*udah kangen banget kasur n bantal, so tired n sleepy, gudnite...........


Rangkuman biaya perjalanan:
Angkot wtc-st.serpong @Rp 4000
KA srp-kebayoran @Rp 2000
Metromini kby-blok M @Rp 3000
Busway blok M-ragunan @Rp 3500
Tiket masuk ragunan @Rp 4500
Busway ragunan-kota @Rp 3500
Jasa photo (3x) Rp 6000
Sewa speda ontel @Rp 50.000
Busway kota-harmoni @Rp 3500
Bus p100 jkt-tngerang @Rp 5000
Angkot kbn nanas-home @Rp 3000

*biaya makan, jajan, oleh2 tgntung budget masing2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Ide Main dari Instagram

Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang melelahkan sekaligus membahagiakan.  Lelah karena pada praktiknya kita dituntut untuk terus belajar, mencukupkan bekal dalam mendampingi tumbuh kembang putra putri kita. Ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Entah secara mental maupun secara materil. Ada banyak ilmu yang musti kita kaji, kulik dan pelajari agar proses pendampingan berjalan dengan baik.  Tidak hanya menguras energi, namun proses tersebut dapat menyita waktu dan pikiran kita, sehingga adakalanya pada beberapa kesempatan membuat kita frustasi, ketika kita berhadapan dengan situasi yang clueless . Sebagai orang tua baru, tentu saja ada banyak kebingungan, kecemasan dan ketakutan yang terus menggerogoti pikiran kita.  Hal inilah yang mendorong kita untuk mencari tahu. Menggali sebanyak mungkin referensi yang bisa kita tiru. Menemukan sosok panutan. Menemukan alternatif cara dan kreativitas yang bisa kita terapkan dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung